30 March 2010

Perupa Padang Mendominasi Di Lampung

Dari 69 karya yang di pamerkan dalam pameran seni rupa berskala nasional yang diadakan di GOR Saburai Bandar Lampung pada tanggal 21-26 Maret 2006 yang lalu, 19 karya diantaranya merupakan karya perupa Padang (Sumbar). Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi dibanding provinsi lainnya (Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan). Lampung sendiri sebagai tuan rumah hanya lolos 17 karya. Sedangkan provinsi-provinsi lainnya hanya memperoleh peluang di bawah 10 karya.

Pameran seni rupa yang bertajuk Migrasi Tradisi ini merupakan ajang karya seni rupa pilihan yang kedua (yang pertama juga diadakan di tempat yang sama pada tahun 2004 dengan tajuk Sumatransformation). Sebagai karya pilihan, tentu saja tidak semua yang mendaftar diterima sebagai peserta pameran. Ada proses pengakurasian. Rizki A. Jaelani, yang bertindak sebagai Kurator dalam pameran ini mengakui tidak mudah memang untuk menentukan apakah sebuah karya layak masuk daftar karya terpilih atau tidak. Di samping mutu, tajuk dan tema, masalah-masalah teknis dan administratif pun ikut mempengaruhi proses penyeleksian, misalnya berapa kapasitas ruang sanggup menampung karya yang akan dipajang, berapa anggaran biaya yang tersedia untuk pemulangan karya, dan hal-hal teknis lainnya. Tetapi bagaimana pun, seorang Kurator akhirnya harus memutuskan hasil pengakurasiannnya.

Panitia penyelenggara Pameran ini mengakui bahwa proses pengakurasian sangat dilematis. Pada awalnya, total karya yang akan dipilih hanya berkisar 50 karya. Tetapi panitia cukup kaget, ternyata antusiasme perupa sangat besar, sehingga total foto karya yang masuk tercatat sebanyak 204 perupa dari 4 pulau yang diundang (Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan). Bahkan ada beberapa perupa yang mengirim foto karya jumlahnya melebihi batas yang ditentukan panitia (maksimal 3 buah foto). Lucunya ada yang mengirim 7 buah foto karya. Setelah dilakukan pengakurasian, hanya 46 karya lewat seleksi murni dari sisi mutu, tajuk dan tema. Dari 46 karya itu ternyata Padang memperoleh peluang lebih dari 20 karya. Panitia mengakui bahwa melihat banyaknya propinsi yang mendaftarkan diri, angka ini sangat tidak proporsional. Akhirnya, total karya yang akan diterima ditambah menjadi 70 karya, untuk mengatinsipasi kuota penyebaran peluang bagi setiap provinsi yang ikut mendaftar.

Artinya, lolosnya 19 perupa Padang (Sumbar) pada Pameran yang dibuka oleh Gubernur Lampung ini, Sjachroedin Z.P., merupakan isyarat bahwa karya perupa Padang begitu mendapat perhatian, bahkan cukup mendominasi pameran ini, setidaknaya berdasarkan kacamata Kurator tentunya. Tetapi selama pelaksanaan pameran berlangsung, berbagai komentar juga terlontar dari beberapa orang panitia, pengunjung, bahkan dari sesama peserta dari provinsi lain. Beberapa diantaranya misalnya: “ Percepatan Padang kali ini sangat luar biasa” (Bambang Suroboyo, seniman rupa-rupa Palembang), “…untuk sementara Padang memang di atas….nampak sekali kemajuan Padang sekarang” (Joko Irianto, Pelukis, Panitia dan Staf Taman Budaya lampung), “Wah… Padang memang gila!” (Iswadi Pratama, penyair lampung, nara sumber diskusi Seni Rupa pada hari kedua pameran). Bahkan Mamannoor, Kurator dari Bandung yang bertindak sebagai nara sumber dalam diskusi seni rupa di sana, mengakui bahwa secara Nasional pasar seni rupa hari ini sedang melirik pada Bali dan Padang.

Beberapa nama perupa Padang dan beserta judul karyanya yang terpilih adalah sebagai berikut: Alza Adrizon (Rumah Bayangan), Amrianis (Ketika Kecil di Atas yang Besar), Dwi Augustiyono (Anomali/Kausalitas), Erianto (Centre), Erianto MD (Presepsi), Erianto, S.Pd (Anggur Metropolis), Erlangga (Kesederhanaan), Heldi (Culture II), Herisman Tojes (Jalur Kehidupan), Indra (Jauh), Irwarndi (Mengurung Putih), Iswandi (Hanya Sehelai Daun), M. Ridwan (Nostalgia), Muzni Ramanto (Anomi), Nasrul (Rotasi di Titik Emas), Puti Nurdiati (kado), Sony Nofrianto (My Way), Syafrizal (Spirit of Change), Zirwen Hazri (Gamang). Semua Perupa ini rata-rata berasal dari lingkungan terpelajar atau akademik, baik sebagai mahasiswa, guru maupun dosen. Menurut Dwi Augustyono jumlah perupa Padang yang mengirim foto karya (ikut mendaftar) lebih kurang 40 orang. Tetapi dalam versi lain, Amrianis mengatakan lebih kurang 50 orang. Bagaimana pun yang jelas, pameran ini merupakan pameran seni rupa karya pilihan dan tentu ini merupakan prestasi yang cukup membanggakan bagi si Perupa sendiri dan dunia seni rupa Padang (Sumbar) pada umumnya.

Erianto Anas


0 comments:

Post a Comment