30 March 2010

Menjemput Talenta

Pada tanggal 3-7 April 2007 lalu telah berlangsung Pameran Lukisan Guru SMK N 1 Ampek Angkek, yang dibuka oleh Wakil Bupati Agam Arinal Hasan, S.Ag sejalan dengan Pameran Tugas Akhir Siswa tahun diklat 2006/2007. Pameran ini merupakan terobosan baru sepanjang kegiatan tahunan pameran tugas akhir siswa selama ini, seperti yang disampaikan Drs. Idial Subakti, MT (Kepala Sekolah) dalam sambutannya pada katalog pameran ini. Di tahun awal berdirinya (1997), di bawah pimpinan A.M. Yosef Dt. Garang, sekolah ini memang pernah mengadakan pameran lukisan yang diikuti oleh berbagai pelukis asal Sumatera Barat, namun bukan dalam rangka pameran tugas akhir siswa. Karena itu kemunculan pameran ini cukup mendapat respon dari berbagai pihak, baik dari kalangan pejabat terkait (undangan resmi) maupun dari para pengunjung.

Pameran ini menampilkan sebanyak 20 karya dari 11 guru (peserta). Diantara mereka dan karyanya adalah: Amrianis (Ngarai Takuruang), Asril (Disapu Awan dan Kampungku), Elfiandi (Ngarai Takuruang dan Kincir Pedati), Erianto Anas (Kamang, Ikan Koi dan Danau Maninjau), Eva Zusmita (Antara Merah dan Putih dan Air Terjun), M. Ramli (Pasan Bukik Manumpang), Pariadi (Hobinya Kaum Hawa dan Model), Ramizal (Rumah Gadang Batembok Batu), Yusrizal (Bangkalai Ngarai dan Nyi Roro Kidul), Zaglul Fuadi (Mamikek Balam dan Seikat Kayu) dan Zul Mukhtar (Usai Pawai dan Pondok).

Corak karya yang tampil dalam pameran ini cukup beragam. Karya-karya Amrianis, Asril, Erianto Anas, M. Ramli, Ramizal, Yusrizal dan Eva Zusmita umumnya menggambarkan pemandangan alam Minang (terutama Ngarai Takuruang) dengan kecendrungan gaya pada naturalisme, seperti lazimnya seni lukis Sumbar yang dikenal selama ini, yang populer melalui pelukis maestro Wakidi (1890-1941). Sedangkan karya Elfiandi (Ngarai Takuruang) tampak lebih mengarah pada ekspresionisme, yang mengungkapkan emosinya lewat sapuan palet yang tegas. Begitu juga dengan karya Zul Mukhtar, mengingatkan kita pada ekspresionisme Affandi, dengan coretan dan permainan warnanya yang liar dan garang. Kemudian karya-karya Zaglul Fuadi menggambarkan vigur masyarakat biasa dengan segala kebersahajaan, keluguan dan kelucuannya. Ini mengingatkan kita pada karya-karya Hendra Gunawan, Joko Pekik dan Sudjana Keton. Sedangkan di sisi lain, karya Pariadi tampil dengan kecendrungan yang amat jauh berbeda, Karyanya mengambarkan feminiminitas wanita melalui distorsi anatomi tubuhnya. Lebih-lebih pada permainan latar dan warnanya yang amat dekoratif dan bernuansa ornamental.

Secara keseluruhan, baik dari sisi konsep maupun teknik, karya-karya ini tampak masih dalam proses, belum menggambarkan sebuah sikap dan orisinalitas yang bisa diapungkan. Apalagi bila ditilik satu persatu. Seperti pada Amrianis dan Asril misalnya, yang di lain tempat karyanya tampak lebih mengarah pada modern art. Kecuali pada Ramizal yang sepertinya sudah menunjukkan kecendrungan yang menetap, meskipun di lain pihak juga bisa dimaknai sebagai repetisi (mengulang-ulang yang lama) dan kemandegan. Artinya pameran ini lebih menggambarkan sebuah panorama studi ketimbang sebuah persembahan kreativitas yang siap dipertanggung-jawabkan.

Kondisi ini agaknya bisa dipahami bila melihat tema pameran ini, yaitu Menjemput Talenta, yang misinya utamanya adalah membangkitkan semangat guru-guru seni rupa (dan siapa saja yang berminat) untuk kembali aktif berkarya. Apalagi para peserta pameran ini merupakan tamatan dari institusi seni rupa (Seni Rupa IKIP Padang dan ISI Yogyakarta), dimana sewaktu menjadi mahasiswa dan sebelum menjadi guru cukup aktif berkarya dan mengikuti berbagai pameran. Seperti yang diungkap Zul Mukhtar (koordinator pameran ini) dalam pengantar katalognya, bahwa sebuah talenta (bakat) akhirnya bisa terkubur bila tidak disalurkan. Apalagi sebagai guru seni rupa yang juga mengajar di sekolah seni, karya dan pameran ini bisa menjadi media pembelajaran dan contoh nyata bagi siswa. Meminjam istilah Asril (panitia pameran ini), ibarat seorang penjual obat kumis tentu sudah sepantasnya yang bersangkutan juga memiliki kumis, walaupun hanya sedikit. Artinya misi pameran ini memang lebih pada mengetuk kesadaran bahwa sebuah talenta, yang merupakan karunia dasar dari Tuhan pernah terlupakan. Karena itu sudah saatnya talenta itu dibangunkan kembali.

Selain itu, bila di kilas balik, tidak bisa dilupakan bahwa pameran ini merupakan kelanjutan dari kegiatan melukis bersama di sekolah oleh 9 orang guru (Amrianis, Asril, Elfiandi, Erianto Anas, M. Ramli, Ramizal, Yisrizal, Zaglul Fuadi dan Zul Mukhtar). Kegiatan ini pada mulanya (awal 2005) digagas dan dimulai sendiri oleh Amrianis, yang dalam kesehariannya di luar sekolah selalu aktif berkarya dan pameran. Atas kegigihannya mendorong rekan-rekannya, akhirnya terbentuklah iklim kreativitas melukis bersama ini, yang dilakukan setiap jam istirahat dan seusai jam mengajar. Semangat berkarya ini juga ditunjang oleh keberadaan Ramizal, seorang pelukis realis senior yang karya dan teknik melukisnya menjadi acuan dalam kegiatan ini. Setelah berlangsung setahun lebih (akhir 2005 hingga awal 2007) kegiatan ini sampai menghasilkan lebih dari 30 karya (lukisan), sehingga begitu tawaran pameran ini muncul dari Drs. Rayendra (Waka Hubind) maka spontan mendapat sambutan hangat dari guru-guru yang melukis ini■

Erianto Anas


0 comments:

Post a Comment